baca saja..


cinta harus bersemi di pelaminan

CINTA HARUS BERSEMI DI PELAMINAN
Oleh : Anis Matta Lc.

Lupakan! Lupakan semua cinta jiwa yang tidak akan berujung di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisika. Semua cinta dari jenis ini, yang tidak berujung pada penyatuan fisik yang diridhoi Allah, hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Cinta seperti ini menyedihkan, cinta model begini memalukan! Seperti yang dialami oleh Nashr Bin Hajjal pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab.

Ia pemuda paling tampan yang ada di Madinah. Sholeh dan kalem. Secara diam-diam, banyak gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar Bin Khattab mendengar seorang perempuan menyebut nama pemuda ini dalam bait-bait puisi yang dilantunkannya di malam hari. Umar pun mencari pemuda ini. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, bahwa ketampanan pemuda ini telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis di Madinah. Akhirnya Umar pun mengirim pemuda ini ke kota Bashra.

Di sini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, pemuda ini justru jatuh cinta dengan istri tuan rumah. Dan wanita itu pun membalas cinta sang pemuda.

Suatu saat, mereka duduk bertiga ; Nashr sang pemuda itu, istri tuan rumah, dan suaminya. Nashr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh sang istri tuan rumah. Karena buta huruf, sang suami yang mulai curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membacakan tulisan yang ada di tanah itu. Dan ternyata tulisan itu berbunyi … “Aku Cinta Padamu!”.

Nashr tentu saja malu karena sang tuan rumah mengetahui hal ini. Ia pun akhirnya meninggalkan keluarga tersebut dan hidup sendiri. Tapi cintanya itu tidak hilang, bahkan semakin menjadi-jadi. Dan ia pun menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan kurus kering.

Suami perempuan itu mengetahui hal tersebut, dan timbul rasa iba dalam hatinya. Ia kemudian menyuruh istrinya untuk menemui Nashr dan mengobati luka hatinya. Betapa gembiranya Nashr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta mereka tak mungkin tersambung ke palaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nashr meninggal setelah penderitaan itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia harus membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi ‘penyakit’. Sebab cinta yang seperti ini justru akan menemukan kekuatannya jika terjadi sentuhan fisik yang diridhoi Allah. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa tersambung. Maka ketika sentuhan fisik itu jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi ‘penyakit’.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju ke pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, peminangan, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nashr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau karena tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Tapi apapun situasinya, begitu peluang menuju ke pelaminan tertutup, maka cinta dari jenis yang ini harus diakhiri. Karena cinta seperti ini hanya akan menimbulkan penderitaan. Cinta seperti ini menyedihkan, cinta semacam ini memilukan, bahkan cinta ini memalukan. Maka lupakan! Lupakan semua cinta jiwa yang tidak akan sampai ke pelaminan. Hanya di sana cinta ini absah untuk tumbuh dan bersemi ; di singgasana pelaminan.

0 Responses to “cinta harus bersemi di pelaminan”

Post a Comment