baca saja..


Ayah Itu Menakjubkan! !

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai. Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.

Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.

Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka. karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.

Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.

Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.

Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis, jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala

Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.

Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.

Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup

Ayah benar-benar senang membantu seseorang, tapi ia sukar meminta bantuan.

Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya? tidak terlalu mengecewakan

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill.

Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam, walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.

Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah

AYAH ITU MURAH HATI. Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan.

Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya.

Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka.

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara.

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya. Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.

Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu.

Ayah akan berkata "tanyakan saja pada ibumu" Ketika ia ingin berkata "tidak" Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin.

Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi. Ayah mengatakan "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya.

Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri.

Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip. Seribu adalah uang saku. Gaji pertamamu terlalu besar untuknya. Ayah tidak suka meneteskan air mata. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)

ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu. ketika kau mimpi akan dibunuh monster... tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya di pasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: "jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"

Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kaugantikan posisi Ayah di hatimu"

Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu....Ayah bisa membuatmu percaya diri. karena ia percaya padamu.

Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencobamelakukan yang terbaik. Dan terpenting adalah Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.

Jazakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan,
untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung,
untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku,
untuk tumis kangkung paling lezat sedunia,
untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai,
untuk tetes "air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,
untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan jazakallah bil jannah,
" semoga Allah mengganti semuanya dengan syurga,semoga bisa kubayar dengan syurga yang Allah beri, semoga"

Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt. ..! Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN

Ref : "The Wonder Of Dad"., Phillys Hobe

Bila Istri Cerewet

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatabpun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umarbin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar.Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya kelangit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul danterkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, akulah yang membuatnya begitu. Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumahtangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak,menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala celadan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya,barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

WallahuAlam.

cantik

Buat semua kaum perempuan.Tidak ada wanita yang tidak cantik, yang ada hanyalah wanita yang tidak tahu jalan menuju cantik

Mendengar kata cantik, mungkin benak kita langsung membayangkan sosok tinggi- langsing, berkulit halus lembut, dan memiliki wajah seindah purnama. Persis seperti model iklan kosmetika di televisi. Berjuta-juta perempuan dengan wajah pas-pasan iri dan tergoda mencoba kosmetika tersebut. Apalagi narasi iklan sering menggambarkan begitu banyaknya laki-laki tampan tertarik padanya. Secara tak langsung iklan tersebut berkampanye; seperti inilah perempuan idaman laki-laki.

Kebanyakan orang menilai cantik tidaknya perempuan hanya dari fisik semata. Dan beruntunglah mereka yang dianugerahi rupa seindah mutiara. Tapi, bagaimana dengan mereka yang punya jasmani pas-pasan? Betapapun mereka sudah menggunakan kosmetik mahal, sulit menandingi perempuan yang sejak lahir sudah cantik.

Adacara yang mudah dan murah untuk membuat perempuan cantik, meskipun secara fisik mereka kurang menarik. Yang pertama kali harus dilakukan adalah mendefinisikan kembali makna cantik tersebut. Cantik bukan masalah fisik semata. Kecantikan sejati juga bisa diraih dengan memaknakan kecantikan sebagai berikut:

1. Kecantikan perempuan ada dalam iman taqwanya yang menyejukkan mata kaum laki-laki.
Seorang perempuan yang menghias jasmaninya dengan iman da taqwa akan memancarkan cahaya surga. Dengan kepatuhannya menjalankan ibadah, ia akan memesona. Yang kuasa akan memberikannya kecantikan abadi, magnet alami. Tak perlu kosmetik, parfum atau penampilan berlebih, laki-laki akan tertarik padanya.

2. Kecantikan perempuan ada pada kehangatan sikapnya yang mampu menggetarkan sensifitas dan kecintaan pria
Secara umum laki-laki memang responsif terhadap perempuan yang bagus fisiknya. Tapi ketertarikan itu tak kekal, bisa membuat laki-laki bosan. Kehangatan kasih sayang dan cinta kasih yang tuluslah yang akan membuat sang pria nyaman berada di sisinya. Tak bisa melupakannya.

3. Kecantikan Perempuan ada pada kelembutan sikapnya
Kelembutan bukan berarti lembek dan manja. Kelembutan seperti roti. Meskipun sedikit, tapi mengenyangkan. Dari toko roti manapun roti berasal, ia tetap lembut. Jadi perempuan dari suku manapun bisa tetap lembut, pada pasangannya, pada anak-anaknya. Asalkan ia mau berusaha.

4. Kecantikan perempuan berada dalam pandangannya yang teduh dan suaranya yang hangat.
Walau mata tak seindah bintang kejora, setiap perempuan bisa memiliki mata embun. Teduh. Sejuk. Tak gampang emosi. Menyikapi tingkah laku sekitarnya secara bijak. Ia selau berprasangka baik. Perkatannya bukan pisau yang menikam. Perkataannya adalah bara yang menyalakan semangat di dada. Tak ada kata sia-sia yang terucap dari bibirnya.

5. Kecantikan perempuan berada dalam senyumannya yang menambah kecantikannya dan membuat gembira hati orang yang melihatnya
Senyum adalah sedekah. Murah senyum tanpa bermaksud menggoda apalagi berlebihan bisa membuat wajah indah. Meskipun berwajah rupawan, tapi jika malas tersenyum, hanya aura negatif yang akan ditangkap oleh orang-orang di sekitarnya

6. Kecantikan perempuan berada pada intelektualitasnya
Ukuran intelektual bukan pada gelar sarjananya atau di mana ia pernah menuntut. Banyak ilmu-ilmu yang bisa dipungut dari sekitar, yang membuat si perempuan mejadi cerdas. Kehidupan adalah sekolah yang tak pernah tamat sebelum ajal menjelang. Tak ada sekolah untuk menjadi istri yang baik. Tak ada universitas yang melahirkan ibu yang baik. Ruang dan waktulah yang akan menempa perempuan mejadi istri dan ibu yang baik.

7. Kecantikan perempuan berada pada seberapa jauh pengetahuannya akan tanggung jawabnya terhadap keluarga, rumah, anak-anak , masyarakat dan umat manusia
Perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seberapa jauh pengetahuan seorang perempuan akan terlihat dari tingkah laku keluarganya. Ia selalu berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Mengambil peran penting dalam rangka memperbaiki lingkungan. Lihatlah laki-laki sukses di jagat raya. Dibalik kesuksesannya, pasti ada perempuan tangguh di menemani. Menjadi pendukung nomor satu, tempat kembali saat sang pahlawan lelah berjuang.

8. Kecantikan perempuan berada pada kemampuan dan keinginannya untuk memberi.
Orang bisa miskin harta, tapi ia bisa kaya hati. Selalu memberi, tanpa mengharap imbalan yang berarti. Ia senang ketika orang lain senang. Ia sedih ketika orang lain sedih. Kemurahan hatinya membuat wajahnya bersinar. Membuat ia selalu dirindukan, meskipun sosoknya biasa-biasa saja.

Mungkin masih banyak kecantikan lain yang tercecer. Tapi dengan kecantikan-kecantik an ini, perempuan manapun bisa tampil memikat. Mudah caranya, murah biayanya.

Satu hal yang paling penting, kecantikan-kecantik an ini sifatnya abadi. Akan dikenang meskipun si perempuan telah tiada. Tidak seperti kecantikan lahiriah yang sementara. Setelah tua, ketika senja menyapa, ia tak menarik lagi. Manakah yang akan Anda pilih? Kecantikan sementara atau kecantikan abadi? (by: Koko Nata)

Sumber: "Ya Ma'syaru Ar-Rijaal, Rifqan bin An-nisaa
oleh Dr. Najah Ahmad Azh Zhihar, dan Ustad Cinta

cinta harus bersemi di pelaminan

CINTA HARUS BERSEMI DI PELAMINAN
Oleh : Anis Matta Lc.

Lupakan! Lupakan semua cinta jiwa yang tidak akan berujung di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisika. Semua cinta dari jenis ini, yang tidak berujung pada penyatuan fisik yang diridhoi Allah, hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Cinta seperti ini menyedihkan, cinta model begini memalukan! Seperti yang dialami oleh Nashr Bin Hajjal pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab.

Ia pemuda paling tampan yang ada di Madinah. Sholeh dan kalem. Secara diam-diam, banyak gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar Bin Khattab mendengar seorang perempuan menyebut nama pemuda ini dalam bait-bait puisi yang dilantunkannya di malam hari. Umar pun mencari pemuda ini. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, bahwa ketampanan pemuda ini telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis di Madinah. Akhirnya Umar pun mengirim pemuda ini ke kota Bashra.

Di sini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, pemuda ini justru jatuh cinta dengan istri tuan rumah. Dan wanita itu pun membalas cinta sang pemuda.

Suatu saat, mereka duduk bertiga ; Nashr sang pemuda itu, istri tuan rumah, dan suaminya. Nashr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh sang istri tuan rumah. Karena buta huruf, sang suami yang mulai curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membacakan tulisan yang ada di tanah itu. Dan ternyata tulisan itu berbunyi … “Aku Cinta Padamu!”.

Nashr tentu saja malu karena sang tuan rumah mengetahui hal ini. Ia pun akhirnya meninggalkan keluarga tersebut dan hidup sendiri. Tapi cintanya itu tidak hilang, bahkan semakin menjadi-jadi. Dan ia pun menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan kurus kering.

Suami perempuan itu mengetahui hal tersebut, dan timbul rasa iba dalam hatinya. Ia kemudian menyuruh istrinya untuk menemui Nashr dan mengobati luka hatinya. Betapa gembiranya Nashr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta mereka tak mungkin tersambung ke palaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nashr meninggal setelah penderitaan itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh di lahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia harus membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi ‘penyakit’. Sebab cinta yang seperti ini justru akan menemukan kekuatannya jika terjadi sentuhan fisik yang diridhoi Allah. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa tersambung. Maka ketika sentuhan fisik itu jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi ‘penyakit’.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju ke pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, peminangan, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nashr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau karena tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Tapi apapun situasinya, begitu peluang menuju ke pelaminan tertutup, maka cinta dari jenis yang ini harus diakhiri. Karena cinta seperti ini hanya akan menimbulkan penderitaan. Cinta seperti ini menyedihkan, cinta semacam ini memilukan, bahkan cinta ini memalukan. Maka lupakan! Lupakan semua cinta jiwa yang tidak akan sampai ke pelaminan. Hanya di sana cinta ini absah untuk tumbuh dan bersemi ; di singgasana pelaminan.

Satu per satu anakku, setelah menikah, pergi meninggalkanku. Sementara aku, sejak suamiku meninggal tiga bulan lalu, tetap tinggal di rumah besar kami di Tebet bersama dua orang perempuan yang sudah 22 tahun bekerja padaku, seorang sopir sekaligus tukang kebun, serta seorang keponakan suamiku yang kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang.

Suamiku sudah menyiapkan rumah untuk anak-anak kami, yang disewakannya kepada orang-orang. Setelah mereka menikah barulah ia memberikan kunci rumah-rumah itu. Ia membelinya saat memiliki jabatan tinggi di sebuah departemen dan memperoleh 'uang lain-lain' dari orang-orang yang mengharapkan langkahnya tidak terhalang sebutir kerikil pun.

Ia melakukannya karena ingin anak-anaknya mengenang dia sebagai ayah yang bertanggung jawab. Suamiku meninggal akibat gagal jantung setelah 12 tahun pensiun. Sehari sebelumnya ia sempat berbicara kepadaku, telah merasa lengkap menjadi ayah karena melihat semua kejadian terhadap anak-anaknya: lahir, besar, bersekolah, menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, bekerja, menikah, tinggal di rumah-rumah yang diberikannya, dan memiliki anak.

Ia dimakamkan di sebuah pemakaman luas sesuai yang pernah ia pesankan. Hingga kini aku merasa ia masih ada di dalam rumah kami. Menjelang jam tujuh pagi, lima sore, sembilan malam, aku masih selalu pergi ke dapur, membuatkan secangkir teh manis untuknya. Anakku yang nomor satu rupanya mendapat cerita ini dari keponakan suamiku yang tinggal bersamaku. Maka tadi sore ia datang dan meminta aku tinggal di rumah besarnya di Ciputat.

Berkali-kali aku menolak, tentu karena aku merasa kasihan pada mendiang suamiku, tapi ia tetap berkeras seperti ayahnya. Ia mengatakan akan lebih mudah baginya untuk memantau dan mengurusku jika aku tinggal bersamanya.

"Di kamar besar yang lain Mama bisa meletakkan semua buku milik Mama. Kalau tetap di sini Mama akan terus bersedih. Biarlah rumah ini Suci yang menjaga dan mengurusnya bersama Mbak Tar, Mbak Mi, dan Bang Ali. " Akhirnya aku menyetujui saja.

Malam hari aku sering menangis mengingat suamiku. Sementara anak-anakku, selama dua bulan aku di sini, tidak pernah ada yang datang. Dan anakku yang nomor satu jarang sekali bertemu denganku. Ia pergi pagi ketika aku masih mengaji di kamar, dan pulang begitu malam ketika aku sudah tertidur.

Dalam seminggu mungkin aku hanya bertemu dengannya dua atau tiga kali. Bahkan bisa tidak sama sekali. Aku sering mengingat masa ketika mereka kecil. Waktu itu setiap hari aku bisa bertemu mereka. Lalu ketika mereka masuk perguruan tinggi dan bekerja, aku pun mulai jarang bertemu.

Lalu ketika mereka menikah dan tinggal di rumah-rumah yang diberikan suamiku, memiliki anak dan sibuk dengan istri atau suaminya, aku sudah tidakbanyak berharap mereka akan mudah kutemui.

Sekarang apa yang aku dapat? Sebuah senyuman dan sapaan setiap pagi hari pun tidak. Terlebih kata terima kasih atas jerih-payahku melahirkan, mendidik, membesarkan, dan menyenangkan mereka. Aku tidak bermaksud meminta balasan. Tetapi bagaimanapun menurutku mereka seharusnya tahu diri dan tahu berterimakasih. Padahal sejak mereka kecil aku dan suamiku selalu mengajarkan untuk tidak melupakan kebaikan seseorang.

Anakku yang nomor satu, hari ini memutuskan mengirimku ke sebuah pantijompo, setelah istri dan ketiga anaknya sering mengeluhkan aku yang selalu menangis tengah malam ketika aku teringat suamiku, karena katanya mengganggu tidur mereka. Dua minggu lalu ia mengundang adik-adiknya datang. Ketika semua berkumpul, kecuali anakku yang nomor empat yang tinggal di Australia, ia memberitahukan keinginannya.

"Lagipula Mama tidak mungkin kita biarkan kembali ke Tebet. Terlalu banyak kenangan tentang Papa di sana yang bisa membuat Mama sedih." Duabulan lagi umurku 68 tahun. Setelah satu tahun aku di tinggal sini, hanya Lebaran lalu saja anak-anakku datang. Sementara si Tar, si Mi, si Ali, serta keponakan suamiku yang pernah delapan tahun tinggal bersamaku, hampir setiap akhir pekan menjengukku.

Hari itu semua anakku datang bersama suami, istri, dan anak-anak mereka. Hanya yang nomor empat tidak datang, karena katanya uang jutaan rupiah untuk membeli tiket pesawat bagi tiga orang ke Jakarta lebih baik disimpannya di bank. Ia hanya mengirim kartu Lebaran disertai tulisan dan tanda tangannya.

Sedangkan cucu pertamaku memilih pergi ke rumah kekasihnya. Katanya karena ia segan. Ingat, segan. Segan bertemu neneknya. Padahal dahulu aku yang sering membersihkan kotorannya dan mengganti popok bila ia datang ke rumahku bersama orangtuanya. Lalu hingga kini tidak pernah lagi mereka datang.

Hanya anakku yang nomor satu yang selalu mengirim ini dan itu kepadaku, biasanya berupa buku-buku terbaru psikologi, filsafat, sejarah, sastra,agama, sosial, seni, budaya, tentu saja, melalui sopirnya.

Setiap pukul 04.30 aku bangun, mandi dengan air hangat yang keluar dari pancuran di bath-tub, sholat subuh, dan mengaji. Di sini kami seperti di rumah sendiri. Bangun jam berapa saja kami berkeinginan. Sarapan dan makan pun bebas memilih. Anak-anak telah membayar sangat tinggi untuk menitipkanku di sini.

Aku jadi teringat masa ketika indekos ketika aku belajar psikologi. Hanya kini aku tidak tinggal bersama gadis-gadis cantik dan tidak untuk menuntut ilmu apa-apa. Hanya menunggu ajal.

Tepat pukul 06.00 kami yang sudah bangun dianjurkan berkumpul dihalaman depan untuk berolahraga. Cukup tiga puluh menit sekadar untuk meregangkan otot-otot tua kami. Setelah itu kami diminta untuk membersihkan diri, mandi pagi lagi kalau mau.

Pukul 08.00 biasanya kami akan berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Mereka yang bangun terlambat dan tidak ingin berolahraga dan tidak ingin sarapan di ruang makan, bisa meminta petugas mengantarkan sarapannya ke kamar.

Setelah itu hingga pukul 16.00 kami dipersilakan melakukan kegiatan apa saja sesuai keinginan: merajut, melukis, menulis surat untuk anak-anak kami, bermain catur, berkebun, membaca, menonton TV, mendengar radio, berbincang-bincang dengan teman-teman lain, atau tidur siang.

Dan setiap pukul 16.30 kami biasanya akan duduk-duduk di teras panti sambil menikmati secangkir teh manis dan kue-kue kecil. Setelah itu kami diminta untuk mandi sore.

Pukul 19.00 kami kembali berkumpul di ruang makan. Malam ini aku menikmati segelas air teh manis hangat, nasi putih, perkedel kentang, dan semur ikan bandeng dengan kuah kental kesukaanku.

Hari ini tepat tiga tahun aku masuk panti. Aku, karena sejak muda mempunyai kegemaran membaca, setiap hari selalu hanya membaca. Apa saja aku baca. Majalah berita, koran pagi, tabloid perempuan, dan majalah perempuan yang dilanggani panti, tidak pernah kulewatkan, juga buku-buku di perpustakaan.

Selama lima tahun di sini, akusudah membaca semua buku yang ada di sana, dan tentu saja puluhan lainnya kiriman anakku yang nomor satu. Hari ini aku membaca sebuah buku filsafat. Sudah dua hari aku membacanya, dan tampaknya hari ini pun belum akan selesai. Padahal ketika muda dahulu satu buku tebal kubaca hanya dalam waktu satu hari, dan buku sedang cukup setengah hari saja. Setelah tua aku menjadi mudah letih dan mengantuk.

Kemarin aku sulit sekali meneruskan buku itu. Aku tiba-tiba saja kembali memikirkan suamiku dan juga umurku yang sudah semakin tua. Aku tahu aku tidak akan lama lagi di sini. Teman-teman sebayaku semasa diperguruan tinggi, sudah banyak yang tiada. Dulu aku memiliki ratusan buku yang kubeli sejak umurku belasan tahun. Sebelum tinggal di sini, aku ingat jumlahnya sekitar 524 buah. Tersimpan rapi di perpustakaan pribadi di rumahku.

Aku percaya anakku yang nomor tujuh akan menjaga buku-buku itu. Kebetulan ia mempunyai kegemaran yang sama denganku, meski sebenarnya keenam anakku yang lain, serta suamiku, juga memiliki kegemaran yang sama. Hanya saja karena ia yang paling banyak menghabiskan waktu bersamaku maka aku percaya ia akan menjaganya.

Ketika masih tinggal bersamaku hampir setiap awal bulan ia menemaniku pergi ke toko buku, membeli buku-buku kegemaranku. Kebetulan aku paling menyukai buku psikologi, karena ilmu itulah yang mampu membuatku tertarik masuk kesebuah fakultas hingga menyelesaikannya.

Tetapi sudah sepuluh tahun ini aku tidak melakukannya. Meski berkeinginan, namun semuanya kini hanya ada di dalam angan-angan dan kenangan-kenanganku. Untunglah anakku yang nomor satu selalu mengirimkan buku-buku kegemaranku terbaru. Jadi aku tidak terlalu mengharapkan buku-buku di perpustakaan panti yang hanya beberapa puluh saja.

Ketika minggu kedua tinggal di sini pernah kutanyakan kepada petugas, mereka hanya menjawab, "Uang panti tidak cukup, Nyonya."
"Bukankah anak-anak kami sudah membayar sangat tinggi untuk menitipkan kami di sini? Jadi bagaimana mungkin tidak cukup?"
"Saya hanya petugas, Nyonya. Urusan uang ketua yayasan yang mengatur. Lagipula Bapak pernah mengatakan orang-orang tua di sini tidak terlalu suka membaca."
"Begitu? Bagaimana dia tahu?"
"Bapak memang jarang datang ke sini, Nyonya. Maklumlah usaha Bapaktidak hanya panti ini."
"Saya punya banyak buku di rumah. Boleh saya menyumbangkannya? "
"Dengan senang hati, Nyonya. Dengan senang hati."

Tetapi ternyata anakku yang nomor tujuh tidak memperbolehkannya. Di telepon ia mengatakan buku-buku itu terlalu berharga karena ada yang sudah berumur puluhan tahun dan sudah tidak beredar di pasaran.

Ketika kukatakan buku-buku itu akan lebih berharga jika dibaca orang lain, iatetap tidak memperbolehkannya. Katanya karena ia membaca pula buku-buku itu. "Lagipula anggaplah sebagai warisan yang Mama berikan untukku." Anak-anakku, mereka tidak pernah puas hanya menerima.

Dua hari lalu umurku 79 tahun. Aku tahu tidak akan lama lagi di sini. Hingga malam, ketujuh anakku tidak ada satu pun datang atau sekedar menelepon. Hanya datang si Tar, si Mi, si Ali, serta keponakan suamiku yang pernah delapan tahun tinggal bersamaku.

Baru hari ini anakku yang nomor satu mengirim kado berisi selimut tebal dan kartu ucapan buatan pabrik. Kado itu diantar seorang sopirnya. Ingat, sopir. Dia tidak bisa datang, kata sopirnya, karena sibuk bekerja. Ingat, sibuk. Sekali lagi ingat, sibuk.

Padahal dahulu ketika masih tinggal bersamaku, aku selalu menyiapkan masakan istimewa buatanku di hari ulang tahun mereka dan merayakannya bersama-sama.

Bila tahu akan seperti ini, demi Tuhan, aku tidak bersedia melahirkan mereka. Dan aku tahu, suamiku, pasti menyesal telah menghidupi mereka..........

Pesan buat Puteriku

Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.

Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarlan nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.

Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.

Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahujalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.

Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk . ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling ! Tolong . tolong. saya kemalingan.

Demi Allah . dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.

Demi Allah . begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki- laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.

Demi Allah. ia telah bohong! Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!

Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engakulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.

Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.

Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimana punjuga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik sertaibu rumah tangga yang terhormat.

Tak ada seorangpun yang mau menikahi pelacur, sekalipun ia lelaki hidung belang, apabila akan menikah tidak akan memilih wanita jalang (nakal), akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik karena ia tidak rela bila ibu rumah tangga dan ibu putera-puterinya adalah seorang wanita amoral.

Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak mendapatkan suami.

Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama. Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah,bila mereka tidak mau bertaqwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?

Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu? Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?

Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut di dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.

Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikanwanita kini menjadi kepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.

Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju kejelekan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring,belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.

Mereka yang menggembor-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab :

Pertama : karena itu semua mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, modernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan- ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna bagaikan gendang.

Kedua : mereka bohong oleh karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin dan New york. Sekalipun berupa dansa, porno, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai (atau dikolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yangdatangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa kehormatan, kemuliaan, kesucian dan petunjuk. Katamereka, pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual, untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan bebas di sekolah- sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?

Saya tidak berbicara dengan para pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian, putri-putriku,wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.

Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi, modernisme, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak peduli dengan kalian selain untuk pemuas kelezatan sementara. Sedangkan saya adalah seorang ayah dari empat gadis. Bila saya membela kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.

Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan selain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan bisa kembali,begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat diketemukan kembali.

Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis,apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkan, persisnya seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.

Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini jangan percaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.

(wallahul musta'an)

Disarikan dari buku : "Wahai Putriku" Ali Thanthawi

Titipan Allah

Oleh : Muhammad Bajuri

Dari pernikahan dua sahabat Rasulullah SAW, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim, lahir seorang anak bernama Abu Umair. Ketika Abu Thalhah pergi, Abu Umair anak satu-satunya dari pasangan tersebut meninggal dunia. Ummu Sulaim mengurus mayat anaknya yang telah tiada dengan penuh ketabahan. Setelah dimandikan, Ummu Sulaim menidurkan anaknya di sebuah sudut rumahnya. Kemudian, ia berdandan dan memakai pakaiannya yang terbaik, serta memasak makanan yang lezat untuk menyongsong kepulangan suaminya, Abu Thalhah.

Ketika Abu Thalhah datang dan menanyakan anaknya, Ummu Sulaim berkata, ''Anak kita, sekarang sedang istirahat. '' Sambutan Ummu Sulaim yang begitu menyenangkan, membuat Abu Thalhah tidak lagi merasa lelah, dan tidak ada lagi pikiran yang mengganggunya. Dia pun dapat menikmati makanan lezat yang dihidangkan oleh sang istri tercinta.

Ummu Sulaim berkata, ''Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu jika ada orang yang menitipkan sesuatu kepada seorang temannya. Namun, ketika orang itu meminta kembali barangnya, temannya malah marah?'' Abu Thalhah berkata, ''Tidak boleh bertindak demikian, sebab bagaimanapun barangtitipan harus dikembalikan kepada pemiliknya.' '

Kemudian, Ummu Sulaim menyambung perkataannya, ''Anak yang kita cintai ini hanyalah titipan belaka. Sekarang, Allah telah mengambil kembali titipan-Nya itu.'' Setelah mendengar perkataan istrinya yang begitu bermakna, maka Abu Thalhah pun sadar dan ridla akan qadha (ketentuan) Allah. Dengan penuh ikhlas, Abu Thalhah berucap ''Inna lillaahi wa innailaihi raaji'uun (kami semua milik Allah, dan kami semua akan kembali kepada-Nya). ''

Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah SAW. Setelah bertemu, ia bercerita tentang musibah yang menimpa keluarganya. Lalu, Rasulullah SAW mendoakan Abu Thalhah dan Ummu Sulaim agar Allah memberkahi mereka berdua. Doa Rasulullah SAW dikabulkan Allah SWT. Abu Thalhah mendapatkan putra lagi yang diberi nama Abdullah. Dari Abdullah inilah, Abu Thalhah mendapatkan sembilan orang cucu yang semuanya hafal dan ahli Alquran. Abu Thalhah dan Ummu Sulaim adalah sepasang suami-istri yang layak dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berumah tangga, juga dalam kehidupan bermasyarakat.

Kesadaran bahwa segala apa yang dimiliki manusia hanyalah titipan dariAllah, membuat manusia selalu tabah dan sabar, ketika mendapatkan ujian serta cobaan. Ujian itu bisa berupa meninggalnya salah seorang anggota keluarga yang dicintai, hilangnya harta dan jabatan yang menjadi kebanggaannya, dan sebagainya.

Allah SWT berfirman, ''Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada mereka yang sabar, (yaitu) mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Inna lillaahi wa innailaihi raaji'uun.'' (QS Albaqarah, ayat 155-156).

Wallahu a'lambish-shawab.